AWAS Trending

Iran Serang Israel, Kim Jong-un Bilang Korut Siap Perang!


JakartaHerald.com
- Iran telah menunjukkan ketegasannya setelah Israel menyerang konsulat mereka di Damaskus, mengakibatkan beberapa perwira dan dua jenderal Iran tewas dua pekan yang lalu. 

Sebagai respons, Iran telah meluncurkan lebih dari 200 drone dan rudal ke Israel sejak Sabtu, (13/4/2024), menandai konflik langsung antara kedua negara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Iran selama ini hanya melancarkan gangguan terhadap Israel melalui proxy mereka, seperti Hizbullah di Lebanon, Ansarallah atau Houthi di Yaman, Hamas di Gaza, dan Suriah.

Presiden Iran Ebrahim Raisi menyatakan bahwa serangan tersebut dilakukan untuk mempertahankan kedaulatan dan kepentingan nasional Iran, serta sebagai hukuman terhadap musuh mereka. 

Aksi balasan Iran terhadap Israel meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan berpotensi memicu perang yang belum pernah terbayangkan sebelumnya di kawasan tersebut.

Meskipun dibayangi oleh dukungan militer AS kepada Israel, Iran tidak gentar. Lebih mengejutkannya lagi, tiga hari sebelum serangan Iran, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan kesiapan negaranya untuk perang. 

Kerjasama rahasia antara Iran dan Korea Utara dalam pengembangan rudal balistik dan program nuklir menjadi sorotan, mengingat Kim Jong Un juga telah meningkatkan kemampuan militer Korut dengan pengujian rudal jarak jauh.

Pengujian rudal-rudal Korut seperti Hwasong-14, Hwasong-15, dan Hwasong-17 secara signifikan meningkatkan potensi ancaman terhadap negara-negara di sekitarnya, bahkan mampu mencapai daratan AS. Hal ini memberi pesan kepada pemerintahan AS bahwa kekuatan militer Korea Utara terus berkembang.

Pada sisi lain, Presiden AS Joe Biden menyatakan komitmennya dalam membela Israel namun menekankan bahwa AS tidak akan mendukung serangan balasan Israel terhadap Iran. Menurut Biden, upaya bersama antara Israel, AS, dan negara-negara di kawasan berhasil dalam menangkal serangan Iran.

Dengan situasi yang semakin tegang di Timur Tengah, Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia, menilai bahwa potensi terjadinya perang besar di kawasan tersebut dapat mempengaruhi kembali masa depan politik Joe Biden sebagai presiden AS. 

Pembantaian warga sipil di Gaza oleh Israel serta konflik yang terus membesar di wilayah tersebut, merupakan tantangan besar bagi kebijakan luar negeri AS.

Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak yang terlibat untuk menjaga ketenangan dan mencari solusi damai demi kestabilan regional. 

Meski perseteruan antara Iran, Israel, dan Korea Utara semakin memanas, langkah diplomasi dan dialog harus dikedepankan demi menghindari eskalasi yang dapat membahayakan seluruh kawasan. Semoga perdamaian dan keamanan kembali dapat ditegakkan di Timur Tengah.

0 Komentar

© Copyright 2022 - Jakarta Herald